livingboardroom.com – Kethek Bacin adalah hidangan tradisional yang berasal dari Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Nama “Kethek Bacin” secara harfiah berarti “monyet bau” dalam bahasa Jawa, namun jangan biarkan namanya menipu Anda. Hidangan ini merupakan hasil fermentasi sisa minyak kelapa yang dicampur dengan berbagai bumbu dan dikukus dalam daun pisang, menghasilkan cita rasa yang pedas, asin, dan gurih.
Asal Usul dan Proses Pembuatan
Kethek Bacin dibuat dengan memanfaatkan sisa minyak kelapa yang telah digunakan untuk menggoreng, yang kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah lainnya. Campuran ini kemudian dibungkus dalam daun pisang dan dikukus hingga matang. Proses fermentasi selama beberapa hari memberikan aroma khas yang kuat dan rasa yang kompleks.
Cita Rasa dan Penyajian
Hidangan ini memiliki rasa yang unik, perpaduan antara pedas, asin, dan gurih, dengan aroma yang kuat akibat proses fermentasi. Biasanya disajikan bersama nasi hangat, tempe, dan getuk, menciptakan kombinasi rasa yang menggugah selera.
Kandungan Gizi dan Manfaat
Meskipun terbuat dari sisa minyak kelapa, Kethek Bacin mengandung berbagai nutrisi dari bumbu-bumbu yang digunakan, seperti antioksidan dari bawang putih dan cabai. Namun, konsumsinya sebaiknya dalam jumlah moderat karena kandungan lemak dari minyak kelapa.
Pelestarian Kuliner Tradisional
Kethek Bacin adalah contoh bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia untuk menciptakan hidangan yang unik dan lezat. Pelestarian kuliner seperti ini penting untuk menjaga keberagaman budaya dan tradisi kuliner Indonesia.
Kethek Bacin adalah salah satu contoh kekayaan kuliner Indonesia yang belum banyak dikenal. Dengan cita rasa yang unik dan proses pembuatan yang khas, hidangan ini layak untuk dicoba dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya kuliner Indonesia.