livingboardroom.com – Lasem, sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa Tengah, menyimpan kekayaan budaya yang unik dalam tradisi membatiknya. Tidak seperti batik dari Yogyakarta atau Pekalongan yang sudah lebih dikenal luas, batik Lasem memiliki ciri khas motif dan warna yang dipengaruhi budaya Tionghoa. Warna merah darah ayam yang mencolok, serta motif naga, burung phoenix, dan bunga teratai menjadi simbol kuat asimilasi antara budaya Jawa dan Tionghoa yang telah berlangsung sejak abad ke-15.
Membatik di Lasem tidak hanya sekadar pekerjaan, tetapi sebuah warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Banyak perajin batik di sana berasal dari keluarga peranakan Tionghoa yang telah ratusan tahun menetap di daerah tersebut. Teknik yang digunakan pun masih tradisional, mulai dari proses mencanting, pewarnaan alam, hingga pengeringan kain di bawah sinar matahari langsung. Proses ini tidak hanya membutuhkan ketelatenan, tapi juga pengetahuan turun-temurun yang tidak tertulis.
Sayangnya, keberadaan batik Lasem sempat terpinggirkan akibat modernisasi dan minimnya promosi. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah inisiatif lokal mulai membangkitkan kembali tradisi ini lewat pelatihan, pameran budaya, dan digitalisasi motif. Komunitas batik muda di Lasem bahkan mulai aktif membagikan proses kreatif mereka lewat media sosial untuk menjangkau generasi baru.
Dengan mengangkat kembali batik Lasem sebagai simbol toleransi dan akulturasi, tradisi ini tidak hanya layak dilestarikan, tapi juga dapat menjadi jembatan antarbudaya yang relevan di tengah dunia yang semakin global.