livingboardroom.com – -di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Tarian ini bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan cerminan kehidupan agraris, semangat gotong royong, dan keramahan masyarakat Dayak dalam menyambut tamu. Dengan properti sederhana seperti tongkat kayu (senak) dan bambu berisi biji-bijian (kusak), Tari Gantar menghidupkan cerita tentang proses menanam padi hingga perayaan panen. Ditampilkan dalam upacara adat, pesta pergaulan, atau festival budaya, tarian ini tetap relevan sebagai simbol identitas Dayak.
Sejarah dan Asal-Usul: Dari Mitos ke Tradisi
Tari Gantar memiliki akar dalam mitologi Suku Dayak yang kaya. Menurut legenda Dayak Tunjung dan Benuaq, tarian ini berasal dari Negeri Dewa Nayu, sebuah dunia spiritual yang disebut Oteng Doi atau Negeri Dewa Langit. Konon, seorang tokoh bernama Kilip bertemu dengan dua wanita dewa yang mengajarinya tarian menggunakan tongkat panjang (senak) dan bambu pendek (kusak). Karena properti ini, Kilip menamakan tarian tersebut “Gantar”, merujuk pada tongkat sebagai alat tani.
Awalnya, Tari Gantar adalah bagian dari ritual sakral, terutama dalam upacara tanam padi untuk memohon kesuburan tanah dan panen yang melimpah. Tongkat melambangkan alat untuk melubangi tanah, sementara bambu berisi biji-bijian merepresentasikan benih padi. Seiring waktu, tarian ini berkembang menjadi simbol keramahan, digunakan untuk menyambut tamu penting seperti wisatawan, pejabat, atau pahlawan yang kembali dari perang. Kini, Tari Gantar sering ditampilkan di festival budaya seperti Festival Erau di Kutai Kartanegara, bahkan menjadi ajang pergaulan muda-mudi Dayak.
Jenis-Jenis Tari Gantar: Ragam dengan Makna Khusus
Tari Gantar memiliki tiga variasi utama, masing-masing dengan properti dan fungsi yang berbeda, namun semuanya mencerminkan kehidupan agraris dan semangat komunal:
-
Gantar Rayatan: Tarian paling sakral, menggunakan tongkat panjang yang kadang dihiasi tengkorak manusia (pada masa lalu sebagai simbol kemenangan perang), dibungkus kain merah dan daun palem (ibus). Penari membawa mandau (golok Dayak) di pinggang dan bergerak mengelilingi sambil bernyanyi, melambangkan penghormatan kepada tamu kehormatan atau leluhur.
-
Gantar Busai: Menggunakan bambu pendek (kusak) di tangan kanan yang menghasilkan suara gemerincing saat digoyang, sementara tangan kiri melambai (ngelewai) mengikuti irama. Tarian ini menggambarkan proses menabur benih dan mengajak tamu untuk bergabung dalam suasana gembira.
-
Gantar Kusak/Senak: Kombinasi keduanya, dengan tongkat di tangan kiri dan bambu di tangan kanan. Gerakan menekan tongkat ke tanah melambangkan pembuatan lubang untuk menanam, sedangkan bambu merepresentasikan penaburan benih. Ini adalah variasi paling umum untuk pertunjukan kelompok.
Ketiga jenis ini sering digabung dalam satu pertunjukan, menciptakan harmoni antara ritual, hiburan, dan interaksi sosial.
Gerakan dan Properti: Dinamika Kehidupan Sawah
Gerakan Tari Gantar didominasi oleh langkah kaki yang lincah, mencerminkan aktivitas bertani di sawah. Pola lantai utamanya adalah vertikal: kaki kanan melangkah maju, diikuti kaki kiri yang melampaui, lalu kaki kanan menutup ke belakang, menyerupai gerakan menutup lubang tanah setelah menanam. Badan penari sedikit condong ke depan, dengan tangan memegang properti secara presisi: empat jari menggenggam kusak dari bawah, ibu jari melingkar dari atas untuk stabilitas.
Properti utama meliputi:
-
Senak: Tongkat kayu sepanjang 1-1,25 meter, kadang dihiasi kain merah atau ibus pada Gantar Rayatan.
-
Kusak: Bambu pendek (30-50 cm) berisi biji-bijian seperti padi atau jagung, ditutup daun palem, dan dihiasi 12 gelang untuk menghasilkan suara ritmis saat digoyang.
Iringan musik menggunakan alat tradisional seperti gong, kendang, dan sasando, dengan tempo sedang yang meningkat untuk membangun suasana meriah. Gerakan dan properti ini tidak hanya estetis, tetapi juga sarat makna: kerja keras petani, syukur atas hasil bumi, dan semangat menyambut tamu.
Kostum dan Rias: Keindahan Tradisi Dayak
Kostum Tari Gantar mencerminkan identitas budaya Dayak yang kaya. Penari wanita mengenakan Ulap Doyo, kain tenun tradisional dari serat daun doyo (sejenis pandan kuat) yang diwarnai dengan pewarna alami. Atasan berupa rompi tanpa lengan atau baju kancing depan dengan rumbai-rumbai, dipadukan dengan rok panjang berlipit dan ikat pinggang anyaman. Aksesoris meliputi gelang kaki, kalung manik-manik, dan hiasan kepala berbentuk tanduk atau bulu burung enggang. Penari pria mengenakan kostum serupa tetapi lebih sederhana, sering dengan mandau di pinggang sebagai simbol keberanian.
Rias wajah sederhana namun elegan: bedak tipis, alis tebal, dan lipstik merah untuk menonjolkan ekspresi gembira. Kostum ini tidak hanya indah, tetapi juga fungsional, memungkinkan penari bergerak leluasa sambil menampilkan keanggunan budaya Dayak.
Makna dan Fungsi: Lebih dari Sekadar Tarian
Tari Gantar membawa pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan komunitas. Gerakan menanam padi melambangkan syukur atas kesuburan tanah, sementara ajakan bergabung mencerminkan keramahan dan inklusivitas masyarakat Dayak. Fungsinya beragam:
-
Ritual Adat: Sebagai doa untuk panen melimpah atau penghormatan kepada leluhur.
-
Pergaulan: Ajang interaksi sosial, terutama bagi muda-mudi dalam acara pesta.
-
Promosi Budaya: Menarik wisatawan dalam festival seperti Festival Budaya Isen Mulang di Kalimantan Tengah.
Di era modern, Tari Gantar juga menjadi alat pendidikan budaya, mengajak generasi muda untuk menghargai warisan leluhur. Penampilannya di panggung nasional dan internasional turut mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.
Tari Gantar adalah perwujudan semangat Suku Dayak: kerja keras, keramahan, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur. Dari gerakan kaki yang lincah hingga gemerincing kusak, tarian ini menceritakan kisah kehidupan agraris yang penuh makna. Jika Anda berkesempatan mengunjungi Kalimantan Timur, jangan lewatkan kesempatan menyaksikan Tari Gantar secara langsung—atau bahkan ikut menari bersama penari lokal. Dengan melestarikan tarian ini, kita menjaga denyut budaya Dayak yang kaya dan abadi. Selamat menikmati pesona Tari Gantar!