livingboardroom.com – Tradisi Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat, adalah perayaan budaya yang kaya makna, menggabungkan elemen sejarah Islam, seni tradisional, dan semangat komunal masyarakat Minangkabau. Diadakan setiap tanggal 10 Muharram untuk memperingati wafatnya Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad, Tabuik telah menjadi salah satu warisan budaya paling ikonik di Indonesia. Perayaan ini tidak hanya menawarkan nilai spiritual, tetapi juga pengalaman visual dan emosional yang mendalam bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Puncak Tradisi Tabuik adalah arak-arakan “Tabuik”, sebuah struktur kayu raksasa setinggi 10-15 meter yang dihias dengan kain warna-warni, ukiran burung buraq, dan ornamen tradisional. Ribuan warga mengaraknya melalui jalanan Pariaman, diiringi dentuman gandang tasa—alat musik perkusi khas Minang—yang menggema penuh energi. Prosesi ini dimulai dengan “Maambiak Batang Pisang”, yaitu mengambil pohon pisang sebagai simbol persiapan, dan berakhir dengan “Mambuang Tabuik” ke laut, melambangkan pelepasan kesedihan dan pembaruan.
Atmosfernya penuh semangat, dengan warga berpakaian adat dan aroma kemenyan yang menyelimuti udara. Tabuik bukan sekadar ritual, tetapi juga cerminan solidaritas masyarakat Pariaman, yang bekerja sama selama berbulan-bulan untuk membangun struktur megah ini. Digelar setiap tahun—biasanya antara September dan Oktober sesuai kalender Hijriah—tradisi ini menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Jika berkunjung ke Pariaman, saksikan Tabuik untuk merasakan perpaduan unik antara budaya, sejarah, dan kebersamaan. Ini adalah pengalaman yang tak hanya menghibur, tetapi juga memperkaya jiwa!