Croissant, Ikon Kuliner Prancis yang Berasal dari Austria

livingboardroom.com – Croissant adalah salah satu pastry paling ikonik di dunia, sering kali diasosiasikan dengan sarapan mewah di kafe-kafe Paris. Bentuknya yang melengkung seperti bulan sabit, teksturnya yang renyah di luar dan lembut di dalam, serta aroma mentega yang menggoda membuatnya menjadi simbol gastronomi Prancis. Namun, tahukah Anda bahwa croissant sebenarnya bukan berasal dari Prancis? Mari kita telusuri sejarah, proses pembuatan, dan signifikansi budayanya.

Sejarah Croissant: Dari Kipferl Austria ke Paris

Asal-usul croissant dapat ditelusuri ke Austria pada abad ke-13, di mana pastry berbentuk bulan sabit bernama kipferl sudah populer di Eropa Tengah. Kipferl dibuat dari adonan sederhana, sering kali dengan isian kacang atau buah.

Legenda populer menyebutkan bahwa kipferl diciptakan untuk merayakan kemenangan Austria atas pasukan Ottoman pada Pengepungan Wina tahun 1683. Bentuk bulan sabit melambangkan bendera Turki, sebagai simbol kemenangan. Namun, cerita ini lebih merupakan mitos daripada fakta sejarah.

Croissant modern tiba di Prancis pada abad ke-19. Pada tahun 1837-1839, seorang perwira artileri Austria bernama August Zang membuka Boulangerie Viennoise di Paris. Di sana, ia menjual kipferl dan viennoiserie lainnya. Orang Paris langsung jatuh cinta, dan para baker lokal mulai menirunya. Nama “croissant” (yang berarti “bulan sabit” dalam bahasa Prancis) mulai muncul pada pertengahan abad ke-19.

Inovasi besar terjadi di Prancis: para baker mengganti adonan brioche sederhana dengan pâte feuilletée levée (adonan berlapis ragi), yang melibatkan laminasi dengan mentega. Versi buttery dan flaky ini menjadi standar croissant au beurre yang kita kenal hari ini, dan baru benar-benar populer pada awal abad ke-20.

Meskipun asalnya Austria, Prancislah yang menyempurnakannya dan menjadikannya ikon global.

Proses Pembuatan Croissant Tradisional

Membuat croissant adalah seni yang membutuhkan kesabaran. Kunci utamanya adalah teknik laminasi: melapisi adonan dengan mentega, lalu melipat dan menggilas berkali-kali untuk menciptakan lapisan tipis.

Proses singkat:

  1. Buat détrempe (adonan dasar) dari tepung, air, susu, ragi, garam, dan sedikit mentega/gula.
  2. Encerclage: masukkan blok mentega dingin ke dalam adonan, lalu lipat seperti amplop.
  3. Tourage: gilang dan lipat adonan 3-6 kali (single atau double turn), istirahatkan di kulkas agar mentega tidak meleleh.
  4. Potong menjadi segitiga, gulung dari pangkal ke ujung, bentuk melengkung.
  5. Proofing (fermentasi) hingga mengembang dua kali lipat.
  6. Oles telur, panggang hingga keemasan.

Di Prancis, croissant au beurre harus menggunakan mentega murni (minimal 82% lemak), berbeda dengan croissant ordinaire yang mungkin pakai margarin.

Signifikansi Budaya di Prancis

Di Prancis, croissant adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Setiap pagi, ribuan boulangerie memanggang croissant segar, dan aroma menteganya memenuhi jalanan Paris. Croissant sering dinikmati polos dengan kopi atau teh, sebagai sarapan sederhana namun mewah.

Ia menjadi simbol gaya hidup Prancis: santai, menikmati momen kecil, dan apresiasi terhadap kualitas makanan artisan. Meskipun kini banyak croissant industri (sekitar 80% di Prancis dari adonan beku), yang terbaik tetap dari boulangerie tradisional.

Croissant juga memiliki variasi seperti pain au chocolat, croissant aux amandes, atau versi savory dengan ham dan keju.

Croissant mungkin lahir di Austria sebagai kipferl, tapi Prancis yang membuatnya menjadi bintang dunia. Hari ini, ia bukan hanya makanan, tapi warisan budaya yang dinikmati di seluruh dunia. Jika Anda di Prancis, cobalah croissant hangat dari boulangerie lokal – pengalaman yang tak terlupakan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *