livingboardroom.com – Di panggung kayu sederhana di bawah langit Kerala yang berbintang, seorang penari dengan wajah hijau berlumur cat, mata merah menyala, dan mahkota emas menjulang tinggi, mulai bergerak. Gerakannya lambat, penuh makna—tangannya membentuk mudra yang rumit, matanya berbicara lebih lantang daripada kata-kata. Inilah Kathakali, salah satu bentuk seni pertunjukan tertua dan paling kompleks di dunia, yang lahir dari kuil-kuil suci India Selatan pada abad ke-17. Bukan sekadar tarian, Kathakali adalah teater epik yang menggabungkan tari, drama, musik, dan ritual—sebuah kanvas hidup yang menceritakan kisah dewa, raja, dan iblis dari Mahabharata dan Ramayana.
Asal-Usul: Dari Ritual Kuil ke Panggung Dunia
Kathakali berakar di Kerala, negara bagian hijau di ujung barat daya India, yang dikenal sebagai “tanah para dewa”. Kata Kathakali berasal dari Katha (cerita) dan Kali (pertunjukan), secara harfiah berarti “pertunjukan cerita”. Seni ini berkembang pada abad ke-17 di bawah Raja Veera Kerala Varma dari Kerajaan Kottarakkara, yang ingin menciptakan alternatif bagi Krishnanattam—drama tari yang hanya boleh dipentaskan di istana Guruvayur.
Awalnya, Kathakali dipentaskan di halaman kuil sebagai bhakti (pengabdian) kepada dewa, terutama Krishna dan Rama. Penari—semuanya pria, termasuk yang memerankan tokoh wanita—menjalani pelatihan keras selama 8-10 tahun di kalari (sekolah seni tradisional). Pada abad ke-20, Kathakali mulai tampil di panggung sekuler, bahkan tur ke Eropa dan Amerika, membawa pesan epik Hindu ke penonton global.
Elemen Utama: Empat Bahasa Tanpa Kata
Kathakali unik karena tidak menggunakan dialog lisan. Semua cerita disampaikan melalui empat “bahasa” seni:
- Aharya (Kostum & Makeup) Wajah penari dilukis dengan cat alami—hijau untuk pahlawan mulia (Pacha), merah-hitam untuk iblis (Kathi), kuning-oranye untuk dewa dan brahmana (Minukku), dan hitam untuk pemburu atau suku liar. Proses makeup memakan waktu 4-6 jam, menggunakan beras tumbuk, kapur, dan kunyit. Kostum berlapis-lapis dengan rok lebar, mahkota besar, dan perhiasan emas menambah kesan megah.
- Nritya (Ekspresi Wajah & Mata) Mata penari adalah “aktor utama”. Dengan latihan khusus, mereka bisa menggerakkan mata secara terpisah, membulatkan, atau memicingkan untuk menyampaikan emosi—dari cinta hingga kemarahan. Navarasa (sembilan emosi) diekspresikan sempurna: shringara (cinta), hasya (humor), karuna (kasihan), hingga bhayanaka (ketakutan).
- Mudra (Bahasa Tangan) Ada 24 mudra dasar yang dikombinasikan menjadi ratusan gestur. Misalnya:
- Jari telunjuk ke atas = “saya”
- Tangan terbuka ke samping = “langit”
- Jari menunjuk dada = “hati” Penari bisa “berbicara” kalimat panjang hanya dengan tangan.
- Natya (Gerak Tubuh & Tari) Langkah kaki berat dan ritmis, tubuh meliuk seperti ombak, dan lompatan dramatis menciptakan ilusi pertempuran atau perjalanan. Semua disinkronkan dengan chenda (drum besar), maddalam, dan chengila (gong) yang dimainkan secara langsung.
Cerita dan Karakter: Dunia Epik dalam Satu Malam
Sebuah pertunjukan Kathakali biasanya berlangsung sepanjang malam (dari pukul 18.00 hingga fajar), meski versi modern dipadatkan menjadi 2-3 jam. Cerita diambil dari epik Hindu, terutama:
- Nala-Damayanti – Kisah cinta tragis
- Duryodhana Vadham – Pertempuran Kurukshetra
- Kalyana Saugandhikam – Bhima mencari bunga suci
- Ravana Vijayam – Kemenangan Rama atas Ravana
Karakter utama dibagi menjadi:
- Sathwika (mulia): Rama, Krishna
- Rajasika (heroik tapi emosional): Arjuna, Bhima
- Tamasika (jahat): Ravana, Dushasana
- Minukku (wanita, brahmana, bijak)
Pelatihan: Disiplin Seumur Hidup
Seorang penari Kathakali mulai berlatih sejak usia 8-10 tahun di gurukul. Latihan mencakup:
- Kalaripayattu (bela diri Kerala) untuk kekuatan tubuh
- Netra Abhinaya (latihan mata) dengan menatap api lilin
- Massage minyak khusus untuk kelenturan otot
- Meditasi dan puasa untuk fokus spiritual
Hanya segelintir yang bertahan hingga pentas profesional. Guru legendaris seperti Kalmandalam Gopi dan Margi Vijayakumar menjadi penjaga tradisi ini.
Kathakali di Era Modern: Antara Tradisi dan Inovasi
Meski berusia ratusan tahun, Kathakali terus berevolusi:
- Pertunjukan internasional: Sudah tampil di Festival Avignon, Edinburgh, dan Sydney Opera House
- Wanita di panggung: Sejak 1970-an, penari wanita seperti Gopika Varma mulai memerankan tokoh utama
- Tema kontemporer: Beberapa kelompok menampilkan cerita Shakespeare atau isu sosial dengan gaya Kathakali
- Pelestarian digital: Workshop online dan dokumenter Netflix membantu generasi muda belajar
Namun, tantangan tetap ada: biaya produksi tinggi, penonton muda yang menurun, dan kurangnya dukungan pemerintah. Beberapa kalari terpaksa tutup karena kekurangan siswa.
Kathakali bukan sekadar pertunjukan—ia adalah meditasi bergerak, puisi visual, dan doa dalam gerak. Penonton diajak merasakan emosi karakter tanpa satu kata pun. Seperti yang dikatakan penyair India Rabindranath Tagore:
“Kathakali adalah bahasa jiwa yang tak terucapkan.”
Jika Anda berkunjung ke Kerala, jangan lewatkan pertunjukan di Kerala Kalamandalam atau Cochin Cultural Centre. Duduklah di barisan depan, rasakan getar drum, dan biarkan mata penari membawa Anda ke dunia para dewa. Karena di Kathakali, satu tatapan bisa menceritakan seribu tahun sejarah.
