livingboardroom.com – Gunung Tambora, yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mencatat sejarah sebagai gunung berapi dengan letusan terdahsyat yang pernah terjadi. Pada April 1815, letusan Tambora mencapai skala 7 pada Volcanic Explosivity Index (VEI), menjadikannya letusan terbesar dalam sejarah manusia yang terdokumentasi.
Letusan ini mengeluarkan sekitar 37 hingga 45 kilometer kubik material vulkanik ke atmosfer, menyebabkan kematian langsung sekitar 10.000 hingga 11.000 orang akibat aliran piroklastik dan tsunami. Selain itu, sekitar 49.000 hingga 90.000 kematian tambahan terjadi akibat kelaparan dan penyakit di wilayah Sumbawa, Lombok, dan Bali.
Dampak letusan Tambora tidak hanya dirasakan secara lokal, tetapi juga global. Abu dan gas sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer menyebabkan penurunan suhu global sebesar 0,4 hingga 0,7 derajat Celsius, mengakibatkan “Tahun Tanpa Musim Panas” pada 1816. Fenomena ini menyebabkan gagal panen dan kelaparan di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa dan Amerika Utara.
Letusan Tambora juga berdampak pada budaya dan teknologi. Kondisi iklim ekstrem menginspirasi karya sastra seperti “Frankenstein” oleh Mary Shelley dan mendorong penemuan sepeda oleh Karl Drais sebagai alternatif transportasi setelah banyak kuda mati akibat kelaparan.
Hingga kini, kaldera Tambora yang luas dan dalam menjadi saksi bisu dari letusan dahsyat tersebut. Peristiwa ini mengingatkan kita akan kekuatan alam dan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana alam.